Bubarnya Pendidikan Sekolah Menengah

Maaf kalau judul postingan kali ini agak keras. Tulisan ini juga merupakan postingan lanjutan dari tulisan saya tahun lalu mengenai PSB (Penerimaan Siswa Baru), khususnya Kota Bandung. Semenjak berubahnya sistem NEM menjadi UAN, UAS, atau whatever-lah, Menurut saya, ini adalah awal kehancuran pendidikan sekolah tingkat menengah (SMP dan SMA). Mengapa? Sistem saat ini benar-benar kacau, nilai hasil UAN tidak dapat dipertanggungjawabkan. Nilai rata-rata anda 8 sudah tidak berguna. Mau masuk SMA Negeri aja luntang-lantung.

Menurut anda apakah nilai 80 dari 100 atau 8 dari 10 cukup besar? (Mohon umpan balik pembaca sekalian). Bagi saya, Iya! Sangat besar. Jujur saja, cukup sulit memperoleh nilai 80, apalagi di bangku kuliah (80 bisa dapet A coy!). Sayangnya, nilai 8 dari 10 tersebut sangat tidak berguna sekali apabila teman-teman masih sekolah. Sangat menyedihkan bukan? (udah dapat nilai gede..Eh, taunya gak kepake..cape deh!).

Saya bukannya tidak bangga akan kualitas pendidikan di negeri ini yang cenderung meningkat(?). Hal ini terlihat dari meningkatnya rata-rata nilai UAN. Namun, rasanya masih tidak logis apabila sangat banyak sekali orang yang memperoleh nilai hampir sempurna. Apalagi terdapat rumor fakta yang menyatakan adanya SMS kunci jawaban UAN SMP dan SMA di Kota Bandung. Diatas kertas, pendidikan di negeri ini memang meningkat. Pada kenyataannya ini adalah kebrobrokan luar biasa.

Bagaimana menurut bapak-bapak pejabat Pendidikan Nasional sekalian? Ingin menghancurkan bangsa ini atau memajukan bangsa ini? Sebaiknya ubah sistem sekarang yang terlalu rawan kecurangan. Apalagi katanya 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bangkitlah dengan Kejujuran!

Frequently Asked Question

Mulai memasuki pertengahan Tahun (Juni-Agustus) bermunculan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sering sekali kita dengar. Tahun ini pertanyaan yang paling sering saya dengar dari rekan-rekan seangkatan adalah “Kapan wisuda? Kapan lulus?“. Beberapa tahun lalu, pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah “Mau kuliah dimana? Jurusan apa?“. Mungkin pertanyaan yang akan muncul tahun depan adalah “Kerja dimana?“.

Apapun pertanyaannya, yang penting bersosial.

Momen yang Tidak Tepat

Iseng-iseng baca berita Terpopuler di situs kompas, ternyata aksi demonstrasi sejumlah Universitas di Jakarta tidak menarik simpati masyarakat sekitar. Ada apa gerangan? Mungkin momennya kurang tepat.. Untuk lebih serunya, silakan anda baca komentar-komentarnya..

Ini salah satu komentar yang menarik bagi saya :

bl@ckmamba @ Selasa, 27 Mei 2008 | 13:46 WIB
jadi ingat komentar senior saya di kampus (mantan aktivis kampus).. “tau salah satu penyebab negara gak maju2?”, lanjutnya “lha wong mahasiswanya dari dulu sibuk demo melulu, gak ngurusin bidangnya masing-masing. kapan sejahteranya negara klo kek gini..?? “. menurutku memang ada benarnya juga, alangkah baiknya apabila mahasiswa memberikan solusi cerdas dan konkret dalam menyelesaikan permasalahan bangsa….

Keadaan ini sepertinya jauh berbeda dengan Tahun ’98 dahulu..Saat itu saya masih SD dan dagang nasi timbel di Jalan Ganesha.

Profesi Paling Menderita Pasca Kenaikan BBM

Menurut anda, profesi apakah yang paling menderita ?

Supir angkot! Ya, menurut saya mereka lah yang paling menderita pasca kenaikan BBM. Biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan sudah tentu naik. Mereka juga harus menghidupi anak istri dengan profesinya. Terakhir, mereka ditinggalkan oleh penumpang-penumpang yang ingin irit. Saya yakin taraf hidup penumpang-penumpang tersebut lebih dari supir angkot. Apakah supir angkot bukan rakyat kecil ? Apakah mereka protes dengan kenaikan BBM ?

Tempat favorit saya saat naik angkot adalah tepat dibelakang supir. Dari sana saya bisa melihat wajah pak supir dari spion. Selanjutnya, terserah anda apa yang akan anda lakukan sebagai penumpang. 🙂

===

Update :

Barusan lihat di-TV, ternyata sopir angkot di sejumlah daerah mogok narik pasca kenaikan BBM. Tetapi alasannya sangat logis, meminta tarif naik. :-). Ayo para penumpang angkot, tau diri ya.. Hehe..