Ganti Theme Blog

Bosen ama theme item yang “pasaran” itu. Lihat-lihat theme di WP asa gak ada yang pas (menilai seni dengan hati?). Ya udah, ganti aja ama yang polos sekalian. Pokona mah KISS (Keep It Simple, Stupid) we lah..

Apresiasi Seni Rupa

Saya sangat sedih bahwa banyak orang yang sering mengabaikan profesi seniman, terutama seni rupa. Mungkin orang menganggap bahwa itu adalah profesi yang tidak jelas, tidak dimengerti, atau tidak berdaya guna. Sebagai contoh, misalnya saja sebuah sculpture pada suatu lingkungan entah kampus atau kompleks perumahanan. Katakanlah patung tersebut terbuat dari logam yang mahal, dan bagi sebagian orang benda tersebut memiliki bentuk yang tidak jelas. “Ah, apaan tuh?, ngalangin jalan aja”. Menurut saya ungkapan tersebut adalah ungkapan yang sangat tidak menghargai profesi lain.

Dunia tanpa seni jadi sangat kering, tidak ada unsur ketenangan dalam jiwa. Seni tidak dapat dinikmati dengan sekilas (blink?). Anda harus meluangkan waktu sejenak untuk menikmatinya. Jika anda memang memiliki “sense of art“. Maka anda akan mengerti mana benda yang memiliki rupa yang indah dan yang tidak. Jika sense ini lebih tinggi lagi, maka anda akan dapat menilai karya tersebut. Penilaian disini bukan sebagai kritik membunuh. Kritik membunuh adalah suatu kritik yang tidak memberikan solusi! Contohnya, “Benda itu jelek..! “(Hah??). Okay, ketika anda mengatakan seperti itu, anda harus mengetahui dimana letak kejelekannya (ini baru kritik membangun). Misalnya terdapat suatu lukisan, kritik anda dapat dilontarkan dengan memberikan masukkan bahwa lukisan tersebut kurang memiliki unsur warna merah sehingga kurang enak dilihat. Atau suatu handphone, “Wah, bentuknya kurang macho, terlalu kaku nih”. Anda dapat mengatakan bahwa handphone tersebut memiliki bentuk yang terlalu kaku. Perkataan tersebut dapat dikategorikan sebagai kritik membangun.

Memang, penilaian terhadap bentuk (seni) suatu produk lebih mudah daripada menilai suatu benda yang benar-benar benda seni. Tetapi sekali lagi saya katakan, coba lah anda lihat benda tersebut barang beberapa menit. Maka anda akan mengerti bahwa benda tersebut begini-begitu. Jika anda memang tidak bisa memahami keindahan dari benda seni, maaf, anda memang tidak memiliki “sense of art”. Tetapi tidak sepenuhnya seperti itu, karena tidak semua benda seni itu sukses. Artinya, benda tersebut mau dilihat berapa lama pun memang kurang bagus. :p

Digital Art atau “Art in Digital”

Ini merupakan postingan pertama saya tentang seni rupa. Sejak beberapa dekade lalu seni rupa sudah merambah ke dunia digital. Misalnya adalah website, menurut saya ini adalah suatu karya seni digital. Seni yang dicurahkan oleh sang pembuat hanya bisa dinikmati melalui internet browser. Tidak seperti karya seni pada umumnya yang harus dinikmati dengan melihat media fisik (lukisan, patung, seni instalasi, dll).

Website juga adalah curahan ekspresi dari seniman dengan tujuan promosi atau bisnis. Namun, sayangnya website jarang dianggap sebagai suatu karya seni. Mungkin alasannya adalah karena tujuan dari Web itu sendiri sebagai salah satu media periklanan modern. Sayangnya apresiasi orang jarang mengacu pada karya sang seniman ini. Padahal pembuatan website bukan pekerjaan mudah (bagi seniman dan programmer) tentunya. Mengapa? Pertama, ia harus menuangkan karya-nya dalam format digital (template) dan kedua adalah mengimplementasikannya ke suatu program atau script-script web.

Trend seni yang lebih modern lagi adalah digital art. Pada kategori ini curahan ide seniman benar-benar dituangkan dalam media canvas digital melalui berbagai software image editting seperti photoshop menggunakan tools knife, brush, atau bahkan efek-efek lainnya (yang tentunya hanya bisa dilakukan pada media digital). Digital art ini memang dibuat dari media digital yang bertujuan untuk dinikmati oleh orang lain sebagai suatu seni.

Lalu bagaimana dengan seni dalam bentuk digital? seni ini tidak lain adalah fotografi. Foto dari lukisan ini bertujuan untuk dinikmati dalam media digital (layar LCD atau InFocus). Sebagai contoh, misalnya saja adalah lukisan yang telah difoto dalam resolusi tinggi. Tentunya ini akan memudahkan orang yang ingin menikmati seni rupa melalui suatu foto.

Saya sendiri tidak tahu menahu mengenai perkembangan seni rupa sekarang ini. Kebetulan ayah saya adalah seorang seniman (disamping pengusaha), sehingga saya sendiri mungkin memiliki darah seniman. Ayah saya sering mengatakan bahwa ia ingin menikmati foto-foto lukisan dalam layar besar entah LCD atau InFocus. Mungkin sudah ada foto lukisan Monalisa dalam format digital resolusi tinggi. Di bawah ini adalah contoh digitalisasi lukisan Ayah saya. High resolution photo juga tersedia. 🙂

lukisan

Steak Sadewa

Malam tadi rencananya sih mau ke Suis Butcher, tapi tempatnya penuh bener. Akhirnya ke steak sadewa lagi di jalan Sadewa, deket Pajajaran. Steak sadewa ini merupakan steak favorit keluarga saya. Harganya relatif murah, berkisar antara Rp 19.000 s/d Rp 25.000. Katanya sih rasanya sama kaya Suis Butcher (saya sendiri belum nyoba yang ini..). Menurut saya ini adalah home made steak, tempatnya berupa teras dari rumah seseorang (mungkin rumah dari pemiliknya). Jika siang hari, tempat ini akan tampak seperti rumah biasa.

More