Biografi Orang Sukses

Sudah banyak buku dan film tentang orang sukses yang saya baca dan tonton. Buku tentang orang sukes (khususnya bidang IT) yang pertama kali saya miliki adalah “The Making of Microsoft“, karya Daniel Ichbiah dan Susan L. Knepper. Buku ini dibelikan ayah saya lebih dari 10 tahun lalu. Tentunya yang saya miliki adalah versi Indonesianya. Buku tentang Bill Gates tersebut saya baca lebih dari 3 kali. :p. Kemudian buku lainnya adalah buku mengenai Stan Shih (founder Acer). Sayangnya, buku ini belum saya baca sampai habis karena keburu dipinjem orang. Terakhir, adalah buku “Kisah Sukses Google”, karya David A Vise. Dalam format digital (pdf), saya memiliki sejumlah koleksi biografi Steve Jobs.

Ketika selesai membaca buku-buku tersebut, keinginan untuk ngoprek menjadi menggebu-gebu. Sayangnya, keinginan tersebut muncul hanya sesaat.

Begitu juga ketika saya menonton film-film yang dokumenter berbau komputer. Seperti “Pirates of Sillicon Valley”, “Revolution OS”,  dan “The Rise of Sillicon Valley”. Semua film dan buku tersebut selalu memberikan saya semacam semangat lain dalam ngoprek.

Masih banyak buku lain mengenai orang sukses yang ingin saya baca, seperti buku Valentino Rossi (bukan orang IT.. :p), iCon, dll. Sayangnya saya masih belum mampu untuk membeli buku-buku tersebut. Hehehe.. Ada yang berkenan meminjamkannya kepada saya?

Wejangan Orang Tua

Dua hari ini saya berbicara dengan orang tua saya. Sebelum-sebelumnya, saya memang sering berbicara, sharing visi dan misi, atau masalah lainnya. Orang tua saya menanyakan mengapa nilai kuliah (5 semeseter terakhir) saya jelek atau pas-pasan. Saya jawab, karena saya kurang ini kurang itu. Saya seperti (sok) sibuk dengan urusan lain hingga melupakan kuliah.

Jawaban orang tua saya cukup bijak dan mengena. Zaman bapak saya kuliah (ITB ’80), rekan-rekan kosnya sangat serba kekurangan. Ada seorang rekannya yang hanya minum teh ditambah telur mentah dicampur dalam satu gelas sebagai makanan. Pokoknya, hidup teman-temannya penuh perjuangan.  Jika dibandingkan dengan mahasiswa zaman sekarang, pola hidupnya sangat jauh berbeda. Mungkin termasuk saya sendiri. Selalu mengeluh dengan keadaan, tidak pernah mensyukuri apa yang ada. Belum lagi ditambah kondisi politik saat itu yang memang sedang panas-panasnya (bila dibandingkan sekarang).

Ternyata, masalah utama mengapa nilai saya kurang ada pada diri saya yang selalu mengeluhkan ini dan itu. Kalau kata Pak Budi dalam kuliah tadi siang, mahasiswa sekarang itu kurang passion. Sehingga mental-mental seperti ini lah yang menyebabkan penurunan kualitas mahasiswa di kampus saya ini.

Mudah-mudahan setelah mendengar perkataan dan wejangan Orang Tua baik di rumah maupun di kampus, saya bisa kembali menumbuhkan passion akan ilmu dan oprekan. Hehehe.. Alhamdulillah, saya bukan termasuk mahasiswa yang gemar menonton sinetron, mama mia, AFI, dsb. (nonton tv aja jarang..).

Pencarian Tuhan dan Agama (bag. 1)

Saya adalah orang yang sangat Percaya Tuhan. Mengapa saya sangat percaya adanya Tuhan? Saya akan menjabarkannya dari pandangan saya sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran. Saya sangat percaya terhadap hal Ghaib. Ghaib dalam hal ini bukan hantu, tetapi sesuatu hal yang ada namun tidak kita ketahui. Misalnya adalah kekuatan lain yang belum dapat dijelaskan oleh akal pikiran kita (bahkan mungkin tidak dapat dijelaksan hingga bumi ini hancur). Tetapi, ada sesuatu Dzat yang mengetahui seluruh hal Ghaib ini, yaitu Tuhan.

Alasan lain yang sangat manusiawi dimulai dari pertanyaan yang selalu muncul dalam benak saya. Pertanyaan itu adalah : Apa yang terjadi setelah saya mati? Apakah seperti orang tidur panjang? Bagi saya, kematian adalah hal yang Ghaib namun pasti. Menurut pemikiran saya, kematian itu tidak seperti orang tidur panjang karena kematian pasti melalui sakratul maut yang rasanya sakit sekali. Tidak mungkin jika orang yang akan tidur diberi rasa sakit yang luar biasa. Bagaimana saya tahu kematian itu sakit? karena orang yang yang mati biasanya mengejang, mengerang, dan dalam wajahnya terpancar bahwa orang tersebut menahan rasa sakit luar biasa. Kita telah dibodohi oleh film-film yang menunjukkan peristiwa tersebut seperti tidur biasa. Jadi, saya berpikir bahwa setelah kematian itu ada sesuatu.

Sebagai orang yang percaya Tuhan, tentunya tidak perlu khawatir jika memang setelah kematian itu ada sesuatu (akhirat). Misalnya, jika seandainya memang tidak ada apa-apa setelah kematian, saya tidak akan rugi.  Namun, jika ternyata tidak percaya Tuhan tetapi ada sesuatu setelah kematian. Ini lah yang paling saya amat takutkan. Jadi, lebih baik saya percaya saja agar (mudah-mudahan) tidak merugi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

I’m Addicted to You (Internet)

Ya, kami saya ini adalah internet addicted. Jika sudah depan komputer yang terhubung dengan internet, bisa lebih dari 12 jam gak berenti-berenti.
Ciri-ciri yang terdapat dalam diri saya :

1. Niatnya sih cuma mau cek email (entah penting atau gak, yang penting baca..), eh..taunya kemana-mana. Tiba-tiba udah pagi deh..

2. Kalau di kelas, mata ini terasa berat, ngantuk.. kalau depan monitor. Seperti ada ganjel mata..terang deh.

3. Jika sedang tidak terburu-buru, begitu sampai kampus langsung menuju sunken court W-05.

4. Ketika pulang ke rumah, langsung buka tas untuk mengeluarkan laptop, lalu menjalankan IM, terus pasang status. Setelah itu baru mengerjakan yang lain seperti ke kamar mandi, ganti baju, makan, dan lain-lain.

Walaupun berjam-jam depan monitor, belum tentu itu sedang ngenet atau tidak. Yang jelas, keseharian saya sebagian besar dihabiskan depan komputer dengan tangan menyentuh keyboard. Apakah taraf ketergantungan seperti itu sudah membahayakan diri? Jika iya, kira-kira bagaimana caranya untuk mengurangi ketergantungan pada internet?

addicted

Sebelum mencapai taraf yang lebih membahayakan, sebaiknya segera direhabilitasi. :p

Hasil test dari Internet Addiction Test.